VIP- BANDUNG, – Di tengah ribuan wisudawan yang merayakan kelulusannya pada Wisuda Oktober ITB 2025, hadir satu sosok yang menonjol karena semangat dan kegigihannya yang tak lekang oleh waktu. Ia adalah Ai Rohayati, yang resmi meraih gelar Magister setelah menyelesaikan kuliah di Program Studi Pengajaran Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB. Di usianya yang ke-59 tahun, Ibu Ai menjadi wisudawan tertua dalam kesempatan ini, membuktikan bahwa tidak ada kata terlambat untuk sebuah “mimpi yang belum tergapai”.
Sosok di Balik Gelar Baru
Sehari-hari, Ibu Ai adalah seorang pendidik. Ia merupakan guru kimia di SMA Negeri 26 Bandung, tempatnya mengabdi sejak tahun 2003. Berdomisili di Bandung Timur, ia akan memasuki masa pensiun dari statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada April 2026.
Bagi Ibu Ai, ITB bukanlah tempat yang asing. Ia adalah alumni program D3 Kependidikan ITB (program pemerintah) angkatan 1985. Meski telah menempuh S1 di Universitas Terbuka (UT), keinginannya untuk kembali menimba ilmu di almamaternya, ITB, tak pernah padam. “Ibu masih penasaran,” ujarnya.
Mimpi S2 yang Tertunda Puluhan Tahun
Perjalanan Ibu Ai untuk meraih gelar magister penuh dengan tantangan yang menguji tekad. Impian ini adalah mimpi lama yang tertunda karena berbagai faktor eksternal.
Ia bercerita, beberapa kali kesempatan untuk melanjutkan studi S2 terlewat. Salah satunya saat ia mendaftar program “Teaching Idol” yang berhadiah beasiswa S2 di ITB, namun terpaksa ia lepaskan karena kondisi anaknya yang sedang sakit kritis. Di lain waktu, ia terpilih menjadi Wakasek Kurikulum di sekolahnya, sebuah amanah yang menyita waktu dan tenaga sehingga niat kuliah harus kembali ditunda.
Tantangan terakhir adalah tes TOEFL, yang menjadi syarat masuk ITB. Ia berkali-kali gagal memenuhinya. “Pas 2023, Ibu nyoba lagi. Udah sepertinya ini yang terakhir. Kalau misalnya ini tidak lulus, sepertinya mungkin bukan jalannya,” kenangnya. Namun, takdir berkata lain, ia akhirnya berhasil lulus seleksi di tahun 2023.
Perjuangan di Balik Perkuliahan: Kecelakaan
Memulai studi di usia yang tidak lagi muda, Ibu Ai menunjukkan semangat juang yang luar biasa. Salah satu tantangan terbesarnya adalah perjalanan pulang-pergi dari Bandung Timur ke Kampus Ganesha. Ia konsisten mengendarai sepeda motornya seorang diri di usia yang sudah tidak lagi muda.
Sebuah insiden yang tak terlupakan menjadi bukti karakternya yang “pantang menyerah”. Suatu pagi, dalam perjalanan mengejar jam kuliah, ia mengalami kecelakaan. “Bersenggolanlah dengan mobil. Tiba-tiba dari sebelah kiri ada motor ngebut. Jadi sampai kehentak dan ibu jatuh,” ceritan
Tangannya sakit dan tidak bisa digerakkan. Alih-alih pulang ke rumah yang saat itu lebih dekat, ia memutuskan untuk tetap ke kampus untuk mengikuti perkuliahan. Sesampainya di kampus, ia bahkan memanggil tukang urut langganannya untuk menemuinya di kampus agar bisa mengobati tangannya sebelum melanjutkan praktikum sore.
Saat di kelas, ia mengaku senang dan berbaur dengan mahasiswa lain yang usianya terpaut jauh. Ia memosisikan diri sebagai mahasiswa, bahkan kepada dosen yang lebih muda darinya.
Sisi Lain Sang Akademisi: Menjahit dan Rencana Pensiun
Di luar kesibukannya sebagai guru dan mahasiswa, Ibu Ai memiliki hobi menjahit sejak kecil. Baginya, menjahit adalah “refreshing” yang juga produktif dan menghasilkan. Ia bahkan mendesain dan membuat pakaiannya sendiri.
Menjelang pensiun, ia telah memiliki segudang rencana. Mulai dari membuka konsultan untuk guru-guru kimia, membuka butik sesuai hobinya, hingga menjadi kreator konten di Instagram atau YouTube untuk mengedukasi generasi Z.
Pesan untuk Generasi Muda: Jangan Jadi “Generasi Stroberi”
Setelah lulus, Ibu Ai mengaku akan merindukan momen-momen di kampus, terutama saat praktikum dan kebersamaan dengan teman-teman seangkatannya. Ia berpesan kepada mahasiswa saat ini untuk tidak menjadi “generasi stroberi” yang mudah mengeluh. “Tetap semangat, ingat masa depan itu ada di tangan generasi muda,” katanya.
Kepada masyarakat umum, ia memberikan pesan yang tak kalah kuat: “Jangan pernah malu untuk punya mimpi. Dan jangan malu juga untuk mengejar impian tersebut apapun kendalanya selama itu masih di jalan yang benar,” tuturnya.











