Universitas Islam Malang (Unisma) kembali menambah jumlah guru besar. Pada Selasa (7/10), tiga dosen resmi dikukuhkan sebagai profesor. Dengan penambahan ini, total guru besar di Unisma kini mencapai 25 orang.
Tiga guru besar yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Dwi Fita Heriyawati, S.Pd., M.Pd. sebagai Guru Besar dalam bidang ICT in ELT, Prof. Dr. Husain Latuconsina, S.Pi., M.Si. di bidang Biokonservasi, serta Prof. Novi Arfarita, S.P., M.P., M.Sc., Ph.D. di bidang Bioremediasi Pertanian dan Mikroorganisme Fungsional.
Rektor Unisma, Prof. Drs. H. Junaidi Mistar, M.Pd., Ph.D., menyampaikan bahwa pihak universitas terus mendorong percepatan penambahan guru besar dari berbagai fakultas. Saat ini, di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) telah ada tiga guru besar, di FMIPA dua guru besar, dan di Fakultas Pertanian enam guru besar.
“Proses pengajuan guru besar terus kami dorong agar jumlah tenaga pendidik bergelar profesor di Unisma semakin meningkat,” ujarnya.
Dalam pengukuhan tersebut, masing-masing guru besar memaparkan orasi ilmiah berdasarkan bidang keahlian mereka.
Prof. Dwi Fita Heriyawati membawakan orasi berjudul ”Membangun Literasi Akademik dan Berpikir Kritis Melalui Media Digital Interaktif dan ChatGPT di Era Digital pada Pendidikan Tinggi Indonesia.” Ia menekankan bahwa teknologi digital dan AI harus digunakan sebagai mitra belajar, bukan sebagai pengganti peran pengajar. Ia juga menyoroti pentingnya peran institusi dan dosen dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan.
Prof. Husain Latuconsina menyampaikan orasi berjudul “Konservasi Biodiversitas Iktiofauna di Ekosistem Padang Lamun: Potensi, Ancaman, dan Tantangan Pengelolaannya di Indonesia.” Penelitiannya menunjukkan bahwa padang lamun memiliki peran penting dalam mendukung stok ikan, ketahanan pangan, serta keberlanjutan perikanan. Ia juga menekankan pentingnya pengelolaan berbasis konservasi.
Sementara itu, Prof. Novi Arfarita mempresentasikan penelitian mengenai pengembangan Teknologi Mikro Master BioferNA (TMMB), yaitu kombinasi teknologi bioremediasi dan biofertilizer. Teknologi ini dapat digunakan untuk memperbaiki lahan pertanian terdegradasi secara berkelanjutan, mengurangi pencemaran agrokimia, dan mendukung ketahanan pangan serta pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Dengan penambahan tiga guru besar ini, Unisma berharap dapat terus meningkatkan kualitas akademik dan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di tingkat nasional maupun internasional. (aff)











